Revolusi Radikal Atasi Kemacetan
SURAT BUAT JOKOWI DAN AHOK
Hujan masih lebat tapi saya tetap nekat untuk pulang, karena memang hari sudah mulai gelap dan hujan tak juga kunjung berhenti ditambah perut yang memang sudah harus diisi karena cuaca yang semakin dingin. Seperti biasa saya melewati jalur yang sudah biasa saya lewati, ups di sepertiga jalan saya harus berhenti. Perjalanan saya harus terhadang oleh genangan air yang cukup tinggi, sehingga kalau dipaksakan bisa merusak mesin kendaraan motor saya. Akhirnya saya harus mencari rute lain yang memang lebih jauh. Benar saja rupanya dalam kondisi hujan seperti ini jakarta mengalami kemacetan luar biasa, bayangkan perjalanan yang biasanya saya tempuh hanya 1 jam kali ini harus ditambah 45 menit sampai kerumah. Dalam perjalanan saya tak henti-hentinya mengelus dada, menahan sabar, melihat kondisi kemacetan yang terjadi.
Ini lah kondisi jakarta yang sebenarnya.Macet menjadi konsumsi rutin yang suka atau tidak suka menjadi hidangan spesial setiap hari warga jakarta. Kemacetan di jakarta entah kapan berakhir. Setiap pergantian anggota parlemen daerah dan juga pergantian Kepala Daerah ternyata masalah kemacetan belum tuntas juga diselesaikan. Padahal banyak pakar sudah menuangkan ide untuk mengatasi kemacetan ini. Tetap saja hasilnya belum terlihat.
Sepertinya menangani kemacetan jakarta bukan sekedar teori dan program yang bagus. Teori apapun sepertinya akan mentah bila diterapkan di Jakarta. Program yang bagus juga sepertinya akan sulit diterapkan di Jakarta. Lalu apa solusinya? Revolusi Radikal. Ya, Pemimpin Jakarta yang akan datang harus berani membuat program yang ekstrim untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Sebelum bicara solusi, maka kita harus bicara penyebabnya. Penyebab kemacetan dijakarta banyak sekali. Mulai dari volume kendaraan yang tidak seimbang dengan ruas jalan, Infrastruktur jalan yang tidak memadai, Disiplin berkendara yang kurang, terpakainya sebagian badan jalan oleh bisnis, Drainase jalan yang tidak terawat, kurangnya angkutan massal, dan berlebihnya jumlah penduduk di jakarta. Permasalahan ini antara satu bagian dengan bagian yang lain saling terkait. Jadi kalau ingin memecahkan permasalahan ini harus memecahkan masalah yang lain.
1. Volume kendaraan yang terus bertambah
Kenapa kendaraan seiap hari terus bertambah. Menurut data POLDA MetroJaya tahun 2010 saja jumlah kemdaraan sudah mencapai 11.362.396 dengan perincian 8.244.346 adalah kendaraan bermotor dan 3.118.050 adalah kendaraan roda empat. Dan menurut data pula setiap tahun akan bertambah sebanyak 700 ribu kendaraan. Bayangkan, tahun 2012 berarti akan ada sekitar 12 juta lebih kendaraan yang akan melalui rute jalan di Jakarta.Sedangkan penambahan sarana dan infrastruktur tidak secepat penambahan kendaraan.
2. Infrastruktur dan prasarana
Perkembangan infrastruktur di jakarta dirasakan sangat lambat. Bayangkan dengan daerah sekitar, depok misalnya yang cukup pesat membangun jalan sampai ke tingkat yang paling dalam. APBD 30 triliun harusnya cukup untuk mengatasi kemacetan jakarta, terlebih untuk pengadaan infra stuktur. Titik-titik macet yang setiap hari ditemui entah apakah sudah ada kajiannya dan solusinya juga belum diketahui. Dalam tiga tahun terakhir juga belum ada perubahan. Contohlah jalan raya pasar minggu mulai dari Pancoran sampai dengan pertigaan Pejaten dalam lima tahun juga belum ada perubahan. Drainase jalan juga menjadi bagian dari infrastruktur yang harus dibenahi. Tidak terawatnya drainase jalan menyebabkan banyak sampah, sehingga ketika hujan datang, maka air hujan tidak bebas mengalir dalam drainase dan banjir tinggal menunggu saja, akibatnya jalan akan tergenang air dan macet. Yang menjadi pertanyaan apakah pemerintah sudah membuat master plan untuk mengatasi kota jakarta dari kemacetan
3. Disiplin pengendara
Tingkat kedisiplinan pengendara yang rendah menjadi penyebab kemacetan yang berikutnya. Ketidaksabaran pengendara terkadang membuat pengendara itu sendiri sudah tidak lagi memperhatikan aturan yang ada di jalanan. Melanggar lalu lintas, melawan arus, memotong jalan, menggunakan trotoar untuk lewat dan sebagainya. Disamping itu mudahnya orang memperoleh SIM terkadang membuat orang seenaknya berbuat di jalan raya.
4. Badan jalan yang terpakai
Hal ini sering kita lihat di pasar-pasar maupun tempat bisnis. Terkadang baik trotoar maupun jalan terpakai untuk kegiatan dagang mereka, sehingga mau tidak mau pengguna jalan jadi harus mengalah karena ruas jalan yang sempit. Ha ini bisa terjadi karena tidak ada tindakan tegas dari pemprov serta adanya permainan antara aparat dengan pedagang.
5. Kurangnya angkutan massal
Kurangnya angkutan massal bisa terlihat dari banyaknya penumpang yang naik diatap kereta, padatnya penumpang transjakarta, atau bus pada umumnya. Ini membuktikan bahwa jakarta membutuhkan angkutan massal yang efektif untuk mengangkut penumpang dari depok,bekasi atau tangerang.
Harapan jelas sekarang tertuju pada gubernur yang baru, yaitu Jokowi dan Ahok. Masalah kemacetan jelas bukan masalah yang dicarikan solusi dengan setengah-tengah. Masalah kemacetan harus benar-bear menyentuh akar permasalahannya. Dan yang pling penting keseriusan pemerintah dalam hal ini Pemprov DKI sebagai pelaksana kebijakan. Dana APBD 36 trilyun seharusnya sudah mampu secara bertahap mengurai kemacetan, cuma sayangnya seperti kebiasaan kepala daerah, mereka cenderung cuma sekedar mencari keuntungan di balik proyek-proyek yang dijalankan.
Apa solusi jelasnya? Revolusi radikal untuk menyelesaikannya. Seperti apakah itu. Yang jelas apapun solusinya semua harus dicoba. Kenapa harus coba-coba? bukankah buang-buang dana APBD. Jelas tidak, semua solusi harus di coba karena ini bagian dari solusi.
Yang dimaksud revolusi radikal adalah mengusahakan berbagai solusi yang logis dengan kematangan perencanaan, tanpa harus takut terhadap berbagai cercaan ataupun kritikan. Semua ada konsekuensinya, tapi inilah yang harus dilakukan untuk Jakarta yang lebih baik.
Penambahan infrastruktur di jakarta baik penambahan jalan yang berjenjang maupun subway silahkan dilakukan karena ini bagian dari solusi untuk perbaikan infrastruktur.
Perbaikan drainase baik yang kecil di kampung-kampung maupun besar seperti di BKT ataupun BKB harus terus di lanjutkan karena dampaknya sudah jelas.
Peraturan kendaraan nomor ganjil dan genap, silahkan di coba, karena ini juga bagian dari solusi yang murah, yang jelas pelaksanaannya harus tegas, tidak ada kompromi.
Pembersihan jalanan dari pedagang, juga harus konsisten dijalankan, jangan sampai ada permainan pungli dijalanan antara aparat dengan pedagang.
Derek parkir mobil yang berada di jalanan, merupakan bagian dari pelajaran disiplin yang harus dilakukan baik untuk pengendara maupun pemilik bisnis yang ada di jalan.
Memperbanyak angkutan massal yang nyaman tanpa gangguan preman ataupun copet, serta menindak tegas pengemudi angkutan yang ugal-ugalan.
Membatasi mudahnya mendapatkan SIM bagi pengendara pemula, mencabut SIM pengendara apabila tiga kali terkena tilang, ini bagian dari pelajaran buat para pengendara agar tidak seenaknya melewati jalan raya.
Dan solusi-solusi lainnya yang kira-kira logis untuk dijalankan. Jangan pernah takut untuk melaksanakan program membereskan jakarta dari kemacetan. dan yang paling lagi, memperbaiki mental aparat di lapangan yang terkadang masih main mata untuk penyelesainnya.
Selamat bekerja untuk bapak Jokowi dan Ahok. Selamat memperbaiki kota jakarta. kebetulan saat menulis ini saya sedang berada di kota kediri, dan tidak dapat membantu apapun. hanya tulisan ini yang bisa saya buat untuk support kalian berdua.
Syahrul (anak jakarte, asli jakarte, cinte jakarte)
081386651200
Ingin membangun rumah, bingung klik www.syahrulabdullah.com
Hujan masih lebat tapi saya tetap nekat untuk pulang, karena memang hari sudah mulai gelap dan hujan tak juga kunjung berhenti ditambah perut yang memang sudah harus diisi karena cuaca yang semakin dingin. Seperti biasa saya melewati jalur yang sudah biasa saya lewati, ups di sepertiga jalan saya harus berhenti. Perjalanan saya harus terhadang oleh genangan air yang cukup tinggi, sehingga kalau dipaksakan bisa merusak mesin kendaraan motor saya. Akhirnya saya harus mencari rute lain yang memang lebih jauh. Benar saja rupanya dalam kondisi hujan seperti ini jakarta mengalami kemacetan luar biasa, bayangkan perjalanan yang biasanya saya tempuh hanya 1 jam kali ini harus ditambah 45 menit sampai kerumah. Dalam perjalanan saya tak henti-hentinya mengelus dada, menahan sabar, melihat kondisi kemacetan yang terjadi.
Ini lah kondisi jakarta yang sebenarnya.Macet menjadi konsumsi rutin yang suka atau tidak suka menjadi hidangan spesial setiap hari warga jakarta. Kemacetan di jakarta entah kapan berakhir. Setiap pergantian anggota parlemen daerah dan juga pergantian Kepala Daerah ternyata masalah kemacetan belum tuntas juga diselesaikan. Padahal banyak pakar sudah menuangkan ide untuk mengatasi kemacetan ini. Tetap saja hasilnya belum terlihat.
Sepertinya menangani kemacetan jakarta bukan sekedar teori dan program yang bagus. Teori apapun sepertinya akan mentah bila diterapkan di Jakarta. Program yang bagus juga sepertinya akan sulit diterapkan di Jakarta. Lalu apa solusinya? Revolusi Radikal. Ya, Pemimpin Jakarta yang akan datang harus berani membuat program yang ekstrim untuk mengatasi kemacetan di Jakarta.
Sebelum bicara solusi, maka kita harus bicara penyebabnya. Penyebab kemacetan dijakarta banyak sekali. Mulai dari volume kendaraan yang tidak seimbang dengan ruas jalan, Infrastruktur jalan yang tidak memadai, Disiplin berkendara yang kurang, terpakainya sebagian badan jalan oleh bisnis, Drainase jalan yang tidak terawat, kurangnya angkutan massal, dan berlebihnya jumlah penduduk di jakarta. Permasalahan ini antara satu bagian dengan bagian yang lain saling terkait. Jadi kalau ingin memecahkan permasalahan ini harus memecahkan masalah yang lain.
1. Volume kendaraan yang terus bertambah
Kenapa kendaraan seiap hari terus bertambah. Menurut data POLDA MetroJaya tahun 2010 saja jumlah kemdaraan sudah mencapai 11.362.396 dengan perincian 8.244.346 adalah kendaraan bermotor dan 3.118.050 adalah kendaraan roda empat. Dan menurut data pula setiap tahun akan bertambah sebanyak 700 ribu kendaraan. Bayangkan, tahun 2012 berarti akan ada sekitar 12 juta lebih kendaraan yang akan melalui rute jalan di Jakarta.Sedangkan penambahan sarana dan infrastruktur tidak secepat penambahan kendaraan.
2. Infrastruktur dan prasarana
Perkembangan infrastruktur di jakarta dirasakan sangat lambat. Bayangkan dengan daerah sekitar, depok misalnya yang cukup pesat membangun jalan sampai ke tingkat yang paling dalam. APBD 30 triliun harusnya cukup untuk mengatasi kemacetan jakarta, terlebih untuk pengadaan infra stuktur. Titik-titik macet yang setiap hari ditemui entah apakah sudah ada kajiannya dan solusinya juga belum diketahui. Dalam tiga tahun terakhir juga belum ada perubahan. Contohlah jalan raya pasar minggu mulai dari Pancoran sampai dengan pertigaan Pejaten dalam lima tahun juga belum ada perubahan. Drainase jalan juga menjadi bagian dari infrastruktur yang harus dibenahi. Tidak terawatnya drainase jalan menyebabkan banyak sampah, sehingga ketika hujan datang, maka air hujan tidak bebas mengalir dalam drainase dan banjir tinggal menunggu saja, akibatnya jalan akan tergenang air dan macet. Yang menjadi pertanyaan apakah pemerintah sudah membuat master plan untuk mengatasi kota jakarta dari kemacetan
3. Disiplin pengendara
Tingkat kedisiplinan pengendara yang rendah menjadi penyebab kemacetan yang berikutnya. Ketidaksabaran pengendara terkadang membuat pengendara itu sendiri sudah tidak lagi memperhatikan aturan yang ada di jalanan. Melanggar lalu lintas, melawan arus, memotong jalan, menggunakan trotoar untuk lewat dan sebagainya. Disamping itu mudahnya orang memperoleh SIM terkadang membuat orang seenaknya berbuat di jalan raya.
4. Badan jalan yang terpakai
Hal ini sering kita lihat di pasar-pasar maupun tempat bisnis. Terkadang baik trotoar maupun jalan terpakai untuk kegiatan dagang mereka, sehingga mau tidak mau pengguna jalan jadi harus mengalah karena ruas jalan yang sempit. Ha ini bisa terjadi karena tidak ada tindakan tegas dari pemprov serta adanya permainan antara aparat dengan pedagang.
5. Kurangnya angkutan massal
Kurangnya angkutan massal bisa terlihat dari banyaknya penumpang yang naik diatap kereta, padatnya penumpang transjakarta, atau bus pada umumnya. Ini membuktikan bahwa jakarta membutuhkan angkutan massal yang efektif untuk mengangkut penumpang dari depok,bekasi atau tangerang.
Harapan jelas sekarang tertuju pada gubernur yang baru, yaitu Jokowi dan Ahok. Masalah kemacetan jelas bukan masalah yang dicarikan solusi dengan setengah-tengah. Masalah kemacetan harus benar-bear menyentuh akar permasalahannya. Dan yang pling penting keseriusan pemerintah dalam hal ini Pemprov DKI sebagai pelaksana kebijakan. Dana APBD 36 trilyun seharusnya sudah mampu secara bertahap mengurai kemacetan, cuma sayangnya seperti kebiasaan kepala daerah, mereka cenderung cuma sekedar mencari keuntungan di balik proyek-proyek yang dijalankan.
Apa solusi jelasnya? Revolusi radikal untuk menyelesaikannya. Seperti apakah itu. Yang jelas apapun solusinya semua harus dicoba. Kenapa harus coba-coba? bukankah buang-buang dana APBD. Jelas tidak, semua solusi harus di coba karena ini bagian dari solusi.
Yang dimaksud revolusi radikal adalah mengusahakan berbagai solusi yang logis dengan kematangan perencanaan, tanpa harus takut terhadap berbagai cercaan ataupun kritikan. Semua ada konsekuensinya, tapi inilah yang harus dilakukan untuk Jakarta yang lebih baik.
Penambahan infrastruktur di jakarta baik penambahan jalan yang berjenjang maupun subway silahkan dilakukan karena ini bagian dari solusi untuk perbaikan infrastruktur.
Perbaikan drainase baik yang kecil di kampung-kampung maupun besar seperti di BKT ataupun BKB harus terus di lanjutkan karena dampaknya sudah jelas.
Peraturan kendaraan nomor ganjil dan genap, silahkan di coba, karena ini juga bagian dari solusi yang murah, yang jelas pelaksanaannya harus tegas, tidak ada kompromi.
Pembersihan jalanan dari pedagang, juga harus konsisten dijalankan, jangan sampai ada permainan pungli dijalanan antara aparat dengan pedagang.
Derek parkir mobil yang berada di jalanan, merupakan bagian dari pelajaran disiplin yang harus dilakukan baik untuk pengendara maupun pemilik bisnis yang ada di jalan.
Memperbanyak angkutan massal yang nyaman tanpa gangguan preman ataupun copet, serta menindak tegas pengemudi angkutan yang ugal-ugalan.
Membatasi mudahnya mendapatkan SIM bagi pengendara pemula, mencabut SIM pengendara apabila tiga kali terkena tilang, ini bagian dari pelajaran buat para pengendara agar tidak seenaknya melewati jalan raya.
Dan solusi-solusi lainnya yang kira-kira logis untuk dijalankan. Jangan pernah takut untuk melaksanakan program membereskan jakarta dari kemacetan. dan yang paling lagi, memperbaiki mental aparat di lapangan yang terkadang masih main mata untuk penyelesainnya.
Selamat bekerja untuk bapak Jokowi dan Ahok. Selamat memperbaiki kota jakarta. kebetulan saat menulis ini saya sedang berada di kota kediri, dan tidak dapat membantu apapun. hanya tulisan ini yang bisa saya buat untuk support kalian berdua.
Syahrul (anak jakarte, asli jakarte, cinte jakarte)
081386651200
Ingin membangun rumah, bingung klik www.syahrulabdullah.com
Komentar
Posting Komentar
silahkan berkomentar